Langsung ke konten utama

Antara Puasa, Corona dan Petani

Kali itu aku tebangun karena bunyi yang khas, bercampur dengan suara satu dengan yang lain seakan membuat not balok yang saling memadu, menjadi sebuah irama, walau memang kadang tak sebagus Musik Era sekarang, namun cukup membuatku faham akan keadaan jikalau ini menunjukan waktu Sahurr.

Tanpa berkomentar tubuh ini spontan Bangun, Berwudhu, sholat sunah seperti biasa, kemudian bergabung dalam meja makan yang sudah lengkap dengan amunisi. Setelah semua siap kami pun makan Bersama, dengan lahap ku menikmati khas cita rasa ibu , resepnya pun tidak bisa ditemui dimana pun, kecuali diturunkan.

Selintas pikiran ku pun mengalir, sampai kapan kah kita akan bisa seperti ini. Apalagi dengan kondisi pandemi, bapak sekarang sudah susah menjual hasil lahannya, susu hasil ternak pun dibuang karena sudah susah mencari peminat maupun pembeli, begitu pula dengan penghasilan bapak yang akhir2 ini belum faham untuk menghidupi keluarga kecil ini.

Dengan peraturan PSBB yang sudah lama dikeluarkan seakan tak adil dengan keluarga kami yang masih berjuang untuk bertahan hidup, kita masih kelahan untuk merawat pangan kehidupan bangsa, namun yang diharapkan sebaliknya justru belum bisa memberikan jawaban yang bisa melegakan. Bagi keluarga dan teman teman petani,kami hanya bisa berharap dan berdoa semoga kita memperoleh takdir yang baik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Pemuda Kota bermindset Desa

Masih pada zaman yang sama dikisahkan ada dua orang pemuda, dimana mereka dikenal dengan perbedaan watak maupun cita citanya, salah satunya ia adalah pemuda yang bangga akan desa nya hingga bercita cita akan membangun desanya yang tak kalah dengan perkembangan informasi maupun ke canggihan yang ada di perkotaan, sampai saat ini pemuda satunya pun menempuh di sekolah yang sama sama jauh dari kampung halaman nya, namun ia memiliki kesamaan pula yang bermula di desa yang sama. Sesampainya mereka menuntut ilmu mereka bercita cita suatu perubahan. . Mereka terus belajar hingga pada akhirnya di waktu kelulusannya, mereka hanya dapat memilih, akan pulang kedesanya memberi kan ilmu yang sudah dipelajari dari sekolahnya atau ia akan menetap di kota tersebut dengan kententuan akan terus belajar dan karena dengan ketetapan tersebut dengan kondisi yang strategis, ia pun juga memudahkan akses dan yang lain sebagainya. . Mereka akhirnya berunding dari dua arah, merundingkan secara poin positif maupu...