Langsung ke konten utama

Masa Transisi

 

Dimasa masa seperti ini menurutku dimana waktu dalam fase kekosongan yang tak tahu tentang rencana – rencana ke depan, dan banyak pertanyaan yang ada di pikiran, yang membuat timbulnya kekhawatiran dari rencana, jawabannya adalah kita akan gagal atau pun kita akan terus di jalan yang tidak lebih buruk dari gagal.

Namun pada akhirnya rencana tersebut pun akan terdiam dalam coretan, bertumpuk sebatas pajangan. Tanpa eksekusi yang timbul karena khawatir pada asumsi. Kita terlalu over dalam berfikir dan informasi, yaa kadang memang sebuah resiko maupun konsekuensi tak harus tau seutuhnya atas dasar dorongan hati, bukan sekedar logika maupun tak ada rencana dan manajemen resiko.

Yang saya rasakan itu jika tetap berharha untuk saya, maka saya akan tetap lakukan apapun resikonya, karena dalam hidup, ada masanya tak masalah jika bergerak tanpa rencana, cukup ikuti apa kata hati.

Kalau kamu tahu, apa yang membuat mu berharga, namun tak mau kau perjuangkan hanya karena takut akan resiko yang telah diprediksikan, dari sana saya belajar untuk mempersingkat jarak antara kesempatan itu hadir dan keputusan yang diambil.

Belajar mendengarkan kata hati, belajar jujur pada apa yang dirasakan, belajar untuk berani menghadapi semua resiko. Coba kapan si terakhir kita dengarkan dan ikuti apa kata hati?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Pemuda Kota bermindset Desa

Masih pada zaman yang sama dikisahkan ada dua orang pemuda, dimana mereka dikenal dengan perbedaan watak maupun cita citanya, salah satunya ia adalah pemuda yang bangga akan desa nya hingga bercita cita akan membangun desanya yang tak kalah dengan perkembangan informasi maupun ke canggihan yang ada di perkotaan, sampai saat ini pemuda satunya pun menempuh di sekolah yang sama sama jauh dari kampung halaman nya, namun ia memiliki kesamaan pula yang bermula di desa yang sama. Sesampainya mereka menuntut ilmu mereka bercita cita suatu perubahan. . Mereka terus belajar hingga pada akhirnya di waktu kelulusannya, mereka hanya dapat memilih, akan pulang kedesanya memberi kan ilmu yang sudah dipelajari dari sekolahnya atau ia akan menetap di kota tersebut dengan kententuan akan terus belajar dan karena dengan ketetapan tersebut dengan kondisi yang strategis, ia pun juga memudahkan akses dan yang lain sebagainya. . Mereka akhirnya berunding dari dua arah, merundingkan secara poin positif maupu...