Langsung ke konten utama

Postingan

Menjadi Pemuda Kota bermindset Desa

Masih pada zaman yang sama dikisahkan ada dua orang pemuda, dimana mereka dikenal dengan perbedaan watak maupun cita citanya, salah satunya ia adalah pemuda yang bangga akan desa nya hingga bercita cita akan membangun desanya yang tak kalah dengan perkembangan informasi maupun ke canggihan yang ada di perkotaan, sampai saat ini pemuda satunya pun menempuh di sekolah yang sama sama jauh dari kampung halaman nya, namun ia memiliki kesamaan pula yang bermula di desa yang sama. Sesampainya mereka menuntut ilmu mereka bercita cita suatu perubahan. . Mereka terus belajar hingga pada akhirnya di waktu kelulusannya, mereka hanya dapat memilih, akan pulang kedesanya memberi kan ilmu yang sudah dipelajari dari sekolahnya atau ia akan menetap di kota tersebut dengan kententuan akan terus belajar dan karena dengan ketetapan tersebut dengan kondisi yang strategis, ia pun juga memudahkan akses dan yang lain sebagainya. . Mereka akhirnya berunding dari dua arah, merundingkan secara poin positif maupu...
Postingan terbaru

Penghantar Zaman

  Sebuah Perjanjian, dimana kita disumpah dan dimana kita menjadi saksi dari akad yang telah di berikan, apalah daya sebagai perantara dari apa yang kita sebut dari perubahan, dimana disaat itu terdapat pergejolakan antara inovasi dan meneruskan tradisi maupun budaya budaya yang lama, hingga maraknya membuat polemik antara sang visioner dengan seseorang yang berpengalaman. . Saat dimana sang pengalaman berteguh dengan keputusannya, membawa gagasan bahwa dari pengalaman kita dapat menentukan evaluasi dan menghidari dari permasalahan yang sama. Kemudian sang visioner pun membantah dengan gagasan nya pula, dimana membawa rancangan rancangan baru yang nanti nya akan membawakan perubahan yang sangat berpengaruh, namun dari rencana tersebut ia belum bisa memastikan hal tersebut akan berhasil. . Maka sang visoner pun akan tetap berdebat terus dengan sang pengalaman, hingga saat ini mereka tak terlihat dan mereka membaur ada di sekitar kita. Apakah mereka akan berdamai dan menyatukan ide m...

Masa Transisi

  Dimasa masa seperti ini menurutku dimana waktu dalam fase kekosongan yang tak tahu tentang rencana – rencana ke depan, dan banyak pertanyaan yang ada di pikiran, yang membuat timbulnya kekhawatiran dari rencana, jawabannya adalah kita akan gagal atau pun kita akan terus di jalan yang tidak lebih buruk dari gagal. Namun pada akhirnya rencana tersebut pun akan terdiam dalam coretan, bertumpuk sebatas pajangan. Tanpa eksekusi yang timbul karena khawatir pada asumsi. Kita terlalu over dalam berfikir dan informasi, yaa kadang memang sebuah resiko maupun konsekuensi tak harus tau seutuhnya atas dasar dorongan hati, bukan sekedar logika maupun tak ada rencana dan manajemen resiko. Yang saya rasakan itu jika tetap berharha untuk saya, maka saya akan tetap lakukan apapun resikonya, karena dalam hidup, ada masanya tak masalah jika bergerak tanpa rencana, cukup ikuti apa kata hati. Kalau kamu tahu, apa yang membuat mu berharga, namun tak mau kau perjuangkan hanya karena takut akan res...

Memimpikan Mu!

Jam berdetak serasa sangat pelan, tiap bergerak cukup jelas bunyi untuk tiap detiknya, dan kala itu waktu menunjukan dipergantian hari, rasa nya baru kemarin dalam melalui catatan2 itu, namun Kusadar esok hari terkumpulnya catatan2 yang baru, ku cukup mengambil kesimpulan bahwa roda ini terus berputar, dan terus mencari apa makna hidup. Buatmu apa makna hidup? Pikiran yang relativ keluar akhirnya menjadi pelengkap dari jawaban ini. Seorang agamis menjawab dengan jawaban saya ingin memiliki ridho tuhan, Ada yang ingin mengkat harkat keluarganya dan juga tidak mau lebih buruk dari tetuanya, ada yang ingin meneruskan budaya sukunya yang sudah melegenda, dan ada juga yang cukup menikmati kebahagiaan dari hal yang sederhana cukup dinikmati tanpa mengusik kehebohan masalah masalah dunia dan akhirat sana. Begitu rumit nya dunia ini, sampai kita lantas melupakan apa yang ingin kita kejar, kemenangan?, cita cita?. Ternyata ada yang lebih dari itu..

Antara Puasa, Corona dan Petani

Kali itu aku tebangun karena bunyi yang khas, bercampur dengan suara satu dengan yang lain seakan membuat not balok yang saling memadu, menjadi sebuah irama, walau memang kadang tak sebagus Musik Era sekarang, namun cukup membuatku faham akan keadaan jikalau ini menunjukan waktu Sahurr. Tanpa berkomentar tubuh ini spontan Bangun, Berwudhu, sholat sunah seperti biasa, kemudian bergabung dalam meja makan yang sudah lengkap dengan amunisi. Setelah semua siap kami pun makan Bersama, dengan lahap ku menikmati khas cita rasa ibu , resepnya pun tidak bisa ditemui dimana pun, kecuali diturunkan. Selintas pikiran ku pun mengalir, sampai kapan kah kita akan bisa seperti ini. Apalagi dengan kondisi pandemi, bapak sekarang sudah susah menjual hasil lahannya, susu hasil ternak pun dibuang karena sudah susah mencari peminat maupun pembeli, begitu pula dengan penghasilan bapak yang akhir2 ini belum faham untuk menghidupi keluarga kecil ini. Dengan peraturan PSBB yang sudah lama dikeluarkan seakan tak...

Power of Corona

Sebagai penonton film, saya hobby mengambil pembelajaran dari berbagai film yang aku tonton, khususnya dari beberapa karakter yg selalu membuat meningkatnya daya tarik, Umumnya terdapat karakter yang sudah pasti ada seperti, baik, jahat, rada’ baik,dsb. Jahat biasanya identik dengan karakter musuh,dan karakter Baik identik sebagai seorang pahlawan. Ndak tau kenapa rata2 orang2 lebih suka menjadi seorang pahlawan dr pd menjadi penjahat, walau memang tetap ada yang mempunyai pemikiran lain. Tidak heran Ketika diriku kecil tahun sudah disuapin Stasiun TV dg film superhero yang suka tayang di chanel kesukaan anak anak pada masanya, maka itu mindset mayoritas orang lebih identik suka untuk menjadi pahlawan. Namun sangat disayangkan Ketika hal yang kita kagumi seperti pahlawan berbuat diluar baiknya seperti pada film “fast fairus” dsb, memang masih banyak perdebatan pribadi si. Menurut saya kata pahlawan dalam konteks perfilm-an itu relatif, ndak semua bisa dibilang baik dan juga jahat. Bisa...

Jejak siapa?

Hujan lebat di sekitar Kentingan. Seakan menghirup es dingin, Mobil dan motor secara sistematis menelan orang orang, Tempat Pembelajar yang keras membuat wajah wajah tanpa ekspresi. Aku mungkin salah satunya, Melalui siklus kehidupan yang membosankan dan mencoba mendapat Kembali apa yang aku hargai, Aku merasa seperti salah tempat Kebas, kita kehilangan selera rumah, Rasa yang telah aku lupakan sekarang belum Kembali kepadaku. Kenangan, kemana mereka semua pergi? Tiba tiba, pemilik menutup toko dan menghilang. Dikatakan karena sigap akan virus yang membahayakan, atau karena takut akan Cemooh orang-orang. Ke mana pun mereka pergi, akan ada banyak orang yang menanti keputusannya. Namun yang disayangkan catatan dahulu masih hangat untuk dibicarakan. Tertawa dan air mata, Dianyam menjadi sebuah lagu. Cerita macam apa yang akan diceritakan? Dan perhentian kemarin, membimbing roh kita menuju masa depan. Jejak hari ini akan beresonansi.